SENTANI – Tim polo air putra Jawa Timur (Jatim) sudah lama tidak mendapatkan medali emas di Pekan Olahraga Nasional (PON). Kali terakhir di PON XVI 2004 di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Setelah itu, Jatim selalu gagal emas di tiga edisi terakhir multievent empat tahunan tersebut.
Tim polo air putra mendapatkan perak di PON XV 2000 di Jatim. Lalu mendapat emas di PON XV 2004. Jatim kembali meraih perak di PON XVII 2008 di Kalimantan Timur (Kaltim). Setelah itu prestasiJatim langsung merosot tajam. Seusai gagal lolos ke PON XVIII 2012 di Riau, Jatim menjadi bulan-bulanan daerah lain di PON XIX di Jawa Barat (Jabar).
Kini, Jatim datang ke PON Papua dengan semangat baru. Mereka memboyong total 12 atlet. Lima di antaranya adalah pemain yang tampil di PON sebelumnya. Selain itu, skuad asuhan Avianto Budi tersebut menambah lima nama yang benar-benar fresh. Bahkan mereka tidak tampil di kualifikasi PON pada 2019 lalu.
Mereka adalah Sawung Candra, Fahreza, dan Fairuz. Serta dua penjaga gawang, Awi Hanafi dan Bintang. Ini adalah event terbesar bagi kelima atlet anyar itu.
“Kami tanamkan ke atlet bahwa semua lawan itu sama. Ketika di air, yang terlihat hanya kepala saja. Tinggal bagaimana cara mereka ketika bertemu lawan. Minimal mereka sudah bisa mengukur kekuatan lawan,” ucap Budi, sapaan akrabnya.
Mengusung sistem round robin, tim polo air Jatim mengawali kiprahnya di PON Papua melawan Jambi, Selasa (28/9). Kemudian mereka menghadapi Jawa Barat pada Rabu (29/9). Selanjutnya Jatim bertemu tuan rumah Papua pada Kamis (30/9). Terakhir, Alper Delano Hengawan berjumpa juara bertahan DKI Jakara pada Minggu (3/10). Seluruh pertandingan digelar di Arena Akuatik di Kampung Harapan, Sentani, Kabupaten Jayapura.
“Jakarta dan Jabar masih terkuat. Kami di sini berusaha untuk masuk ke dua besar. Toh kami sama-sama buta dengan kekuatan masing-masing. Dengan adanya lima pemain baru ini, lawan juga tak mengetahui bagaimana kualitas mereka. Kami tetap melakukan yang terbaik untuk Jawa Timur,” tegas Budi. (tim)