Jatim Berangkat Bergelombang ke Papua

8
Atlet Jatim berfoto usai acara pelepasan Kontingen PON XX Papua di Gedung Negara Grahadi

SURABAYA-Masa persiapan selama lebih dari empat tahun sudah berakhir. Kontingen Jawa Timur (Jatim) kini berancang-ancang tampil di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua. Secara resmi, multievent terbesar di Indonesia akan berlangsung 2-15 Oktober. Namun, sejumlah cabang olahraga (cabor) mulai dipertandingkan sejak akhir September.

Wakil Ketua Umum KONI Jatim, Irmantara Subagio mengatakan, proses pemberangkatan kontingen Jatim tidak dilakukan dalam satu gelombang. Faktor pertama adalah jadwal pertandingan yang berbeda-beda. Atlet yang cabornya tanding pada awal Oktober, bisa berangkat lebih dini. Selain faktor jadwal, ada pula yang berkaitan dengan masa adaptasi. Seperti dayung, selancar, dan renang perairan terbuka.

“Secara resmi, kita diterima di sana tiga hari sebelum jadwal pertandingan. Jadi kita akan berangkat sehari sebelum diterima. Mudah-mudahan dengan maskapai yang cukup nyaman, membuat atlet-atlet nyaman dan bisa berprestasi di sana,” terang dosesn Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut.

Sebelum terbang ke PON Papua, kontingen Jatim dilepas Gubernur Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi, Kamis (9/9/2021). Berbeda dari pelepasan kontingen di PON sebelumnya, tahun ini hanya beberapa atlet yang mewakili. Sisanya berpartisipasi via daring.

Ketua Umum KONI Jatim, Erlangga Satriagung mengatakan bahwa Jatim berkekuatan 543 atlet di PON Papua nanti. Mereka membidik 136 medali emas demi merealisasikan target juara umum. Erlangga juga membocorkan sejumlah cabor yang akan menjadi tumpuan emas Jatim di Papua nanti. Seperti menembak, atletik, panahan, selam, renang, tenis lapangan, panjat tebing, wushu, dan gulat.

“Ada 15 cabor unggulan yang Insya Allah bisa menuhi target medali yang kami canangkan. Salah satunya di cabor renang,” ucap Erlangga.

Kendati mematok target tinggi, Erlangga tetap mewanti-wanti kepada seluruh atlet dan pelatih untuk tetap fokus dan menjaga kesehatan. Sebab pandemi Covid-19 membuat peta persaingan lebih gelap. Hampir tidak ada lomba di internasional maupun nasional. Artinya, tiap-tiap daerah kesulitan untuk memantau progres para pesaingnya. (tim)

BAGIKAN