SURABAYA – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur (Jatim), serius untuk mencetak atlet berprestasi dengan deteksi dini antisipasi doping.
Setidaknya gelar Sosialisasi Doping kepada atlet dan pelatih Puslatda IV-100/2017, mewujudkan atlet juara sejati dan menjunjung sportifitas.
Ketua KONI Jatim, Erlangga Satriagung, mengatakan hal itu merupakan langkah antisipasi agar atlet Jatim dapat berprestasi dengan cara yang sportif.
“Kita ingin agar atlet itu bisa menncapai puncak prestasi dengan cara yang benar, tidak ada kemudian pencabutan status juara untuk satu saja atlet Jawa Timur. Jangan sampe itu terjadi meskipun di PON Jabar sudah terbukti tidak ada,” kata Erlangga, saat membuka acara Sosialiasi Doping, di KONI Jatim, Rabu (28/12/2017).
Menurutnya, sosialisasi doping ini perlu diberikan agar atlet dapat mengetahui teknis penggunaan obat-obatan. Sebab, dari kasus di PON Jabar lalu ada banyak atlet yang tidak paham tentang penggunaan obat.
“Berita yang saya dengar 70-75 persen karena ketidaktahuan atlet, karena kesembronoan atlet dalam mengonsumsi nutrisi, vitamin dan sebagainya tanpa dikonsultasikan dengan dokter anti doping,” jelasnya.
Karena itu, ia mengingatkan agar para atlet sebelum mengonsumsi obat ataupun vitamin dapat berkonsultasi dengan dokter.
Sementara itu, Dewan Pembina Lembaga Anti Doping, Prof James Tangkudung, mengatakan jika para atlet sebelum mengonsumsi sesuatu harus mengetahui kandungannya. Sebab, jika tidak akan ada dampak negatif bagi kesehatan.
“Artinya sebaiknya kalau kita mau olahraga, kita makan dan minum apapun itu sebaiknya kita ketahuilah. Karena jika tidak itu bisa melanggar etika medis. Para atlet bisa terkena cancer dan sebagainya,” jelasnya.
Karenanya, ia berpesan kepada atlet agar dapat berkonsultasi dengan pelatih dan dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan. Karena, jika berlebihan atau tidak tahu kandungan bisa mengarah ke narkoba.
Selain itu, dalam acara ini juga digelar tes urine bagi atlet dan pelatih untuk mengecek indikasi doping dan narkoba pada atlet. (ris)