SURABAYA-Sejumlah cabang olahraga (cabor) penghuni Puslatda New Normal (PNN), mulai membuka diri untuk beruji tanding maupun try out ke luar negeri. Tiongkok, Australia Barat, dan Vietnam menjadi sejumlah negara yang ingin dituju atlet Jawa Timur (Jatim). Selain menunggu lampu hijau dari pemerintah, mereka juga menantikan respons dari negara tersebut.
Program try out ke luar negeri, sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun lalu. Akan tetapi, pandemi yang melanda dunia membuat atlet Jatim harus pulang lebih awal. Mereka belum menuntaskan programnya di sana. Sempat berlatih secara mandiri, atlet Jatim disatukan kembali melalui program PNN. Mereka berlatih secara terpusat di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan sejumlah titik lainnya.
Enam bulan setelah PNN, para atlet, pelatih, dan semua yang terlibat di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua mulai divaksinasi. Tak lama berselang, mereka mulai membuka diri untuk uji tanding. Tim sepak bola Jatim, misalnya. Anak asuh Rudy William Keltjes tersebut baru saja beruji coba melawan tiga tim Liga 1, yakni Persik, Persebaya dan Persela.
“Secara umum tingkat kehati-hatian kami tetap yang utama. Sebab konsepnya adalah keselamatan, kesehatan, dan prestasi. Jangan sampai kami mengejar prestasi tapi mengabaikan keselamatan. Jadi, ketika menggelar uji coba, protokol kesehatannya juga harus jelas. Salah satunya pemain harus dites swab dulu. Kemudian harus swab lagi untuk memastikan tidak ada dampak yang dibawa setelah tanding,” jelas M. Nabil, Direktur Badan Pelaksana Puslatda Jatim, kemarin (19/3/2021).
Uji tanding melawan tim-tim yang kualitasnya setara atau di atas, sangat penting bagi atlet dari cabang permainan. Sebab insting dan skill mereka hanya bisa terasah jika menghadapi lawan yang sepadan atau lebih kuat. “Kami tidak memberhentikan olahraganya. Tapi mengantisipasi agar kegiatan itu tidak menimbulkan dampak,” tegasnya.
Selain mulai terbuka untuk uji tanding, cabang olahraga lain juga mengajukan permohonan untuk try out atau training camp ke luar negeri. Wushu, misalnya. Mereka ingin ke Tiongkok untuk mengasah skill-nya. Kemudian tim gulat Jatim juga ingin mengadakan pemusatan latihan di Vietnam. Sejumlah cabang olahraga lainnya mengajukan diri ke Australia Barat.
KONI Jatim sudah menyediakan anggaran bagi mereka yang ingin try out ke luar negeri. Periode latihannya pun berbeda-beda. Ada yang berharap berangkat dalam waktu dekat. Ada pula yang ingin ke luar negeri pada tiga bulan mendekati pelaksanaan PON. Meski demikian mereka tak bisa serta merta berangkat. Atlet Jatim harus mendapatkan izin dari pemerintah dan negara yang akan dituju.
“Kenapa harus ke luar negeri? karena puncak prestasi di Indonesia sudah selesai. Sehingga harus ke luar negeri untuk meningkatkan diri. Ketika di sana, atlet tak hanya akan diasah oleh pelatih luar. Mereka juga bisa bertanding melawan tim atau atlet di sana untuk menguatkan power, skill, dan insting. Insting ini tidak bisa dilakukan sendiri, harus ada lawan tanding,” jabar Nabil.
Nabil mencontohkan Dinda Larasati, atlet renang Jatim di PON XIX di Jawa Barat (Jabar) pada 2016 silam. Setelah ditempa di Australia, catatan waktunyi membaik hingga empat detik. Meski terkesan kecil, angka itu sangat berdampak untuk cabang olahraga terukur seperti renang. “Jika memang tidak memungkinkan untuk ke luar negeri, solusinya mendatangkan pelatih asing ke Jatim,” tutur Nabil. (saf)