Pandemi Covid-19 membuat program Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) Jawa Timur (Jatim) kacau balau. Atlet yang dipersiapkan berlaga di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2021 di Papua tidak bisa latihan di gelanggang. Mereka yang try out di luar negeri langsung dipulangkan. Tak hanya itu, atlet juga tidak bisa berkompetisi karena sejumlah turnamen ditunda atau dibatalkan.
Kemudian KONI Jatim memberlakukan Training From Home (TFH). Jadi, atlet harus berlatih di rumahnya masing-masing dengan program yang telah disusun oleh tim pelatih. Selain itu, mereka juga mendapatkan suplai gizi dari KONI Jatim. Meski masing-masing telah melaporkan progresnya, pada akhirnya pola latihan ini dihentikan. KONI Jatim menyempurnakannya menjadi Puslatda New Normal (PNN).
Dalam PNN, tempat tinggal atlet dibagi menjadi dua, yakni di mes KONI Jatim dan Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Segalanya dilakukan terpusat. Untuk mereka yang tinggal di Unesa, mereka berlatih dan memanfaatkan fasilitas olahraga di sana. Sedangkan yang tinggal di mes KONI Jatim, mereka latihan di komplek olahraga di sekitar KONI.
Tes swab dilakukan secara berkala. KONI Jatim ingin memastikan bahwa penghuni PNN adalah mereka yang terbebas dari Covid-19. Protokol kesehatan pun sangat ditegakkan. “Tidak menutup kemungkinan ada yang positif Covid-19. Tapi persentasenya rendah sekali, tidak sampai 5 persen. Biasanya dari 900 orang yang mengikuti PNN, yang terkena itu cuma sembilan atau belasan orang,” jelas M. Nabil, Direktur Badan Pelaksana Puslatda Jatim.
Bagi atlet, pelatih, atau penghuni PNN yang positif Covid-19, mereka akan langsung diisolasi di lokasi yang terpisah dari tempat tinggal atlet. Namun, mereka masih dalam kontrol KONI Jatim. Mereka juga diberi obat-obat khusus yang membuat proses penyembuhan lebih cepat. Ketika sudah dinyatakan pulih, mereka bisa bergabung ke PNN lagi.
“Tingkat kehati-hatian kami memang tinggi sekali. Sebab prioritas kami adalah keselamatan, performa atlet, dan prestasi. Jangan gila prestasi kemudian keselamatan tidak dijamin. Kami paham, pasti ada yang jenuh. Namun, jangan sampai kejenuhan itu diluapkan dalam sebuah kegiatan, kemudian menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan,” tegas Ketua Harian KONI Jatim itu.
KONI Jatim mengklaim format baru Puslatda ini tidak akan berdampak ke target medali yang sudah dikalkulasi jauh hari. Mereka beralasan, segala yang dilakukan di PNN ini sudah terukur. Mulai dari skema latihannya hingga asupan gizinya. Artinya, relatif tidak terjadi penurunan. Masalahnya hanya tidak adanya lawan tanding selama pandemi ini. Hal itu dialami sejumlah cabang olahraga, khususnya nomor permainan.
“Teruntuk cabang yang terukur seperti angkat besi dan panahan, progresnya bisa terlihat. Beban angkatannya kan tampak. Kemudian akurasinya juga terlihat. Kami juga mengacu dari data sport intelligence. Renang, misalnya. Kami bisa mengukut kekuatan daerah lain berapa kecepatannya di berbagai nomor. Kami bisa tahu karena ini olahraga terkukur,” terangnya.
Berbekal program yang telah disusun, KONI Jatim yakin pandemi ini tidak akan mereduksi kekuatan Jatim di PON Papua nanti. Memang ada sejumlah aspek yang dihapus, seperti tanding di sebuah event, melaksanakan training camp atau try out di luar negeri. Akan tetapi, daerah lain juga mengalami hal serupa. “Ketika pandemi ini selesai, nanti tinggal diubah dari PNN menjadi Puslatda seperti biasa,” tutur Nabil. (DIS/tim)