BATU – Jawa Timur (Jatim) dan Maluku dipercaya oleh PSSI pusat sebagai pilot project program Partnership Sport for Development – Sepak bola untuk Pembinaan Karakter. Program ini adalah hasil kerja sama antara PSSI dengan Federasi Sepak bola Jerman (DFB) dan Australia (FFA).
Sekjen PSSI Ratu Tisha mengatakan, program kerja sama dengan Jerman dan Australia ini adalah cara nyata PSSI untuk menjawab tantangan ke depan. Sepak bola diharapkan menjadi satu obat untuk mengatasi solusi di masyarakat.
“Setahun lalu kami bersurat ke AFC untuk meminta bantuan. Pertama kami fokus ke pelatih. Pada tahun 2017 kami diberi partner yakni juara dunia Jerman dan Australia,” ucap Tisha ketika ditemui di Kota Batu, Sabtu (6/10) malam.
Mengapa Jatim? “Kami menunjuk Asprov PSSI Jatim dengan Maluku sebagai pilot project. Jatim sebagai penyangga Maluku. Mengapa Jawa Timur? Karena Asprov Jatim adalah yang terbaik dari segi manajemen,” jelas Tisha.
Langkah awal dari program Partnership Sport for Development – Sepak bola untuk Pembinaan Karakter adalah dengan memberikan materi kepada para instruktur pelatih di Indonesia. Pelatihan dilakukan di Kota Batu selama sepekan terakhir.
Para instruktur inilah yang akan memberikan pelatihan kepada pelatih yang mengambil kursus lisensi D AFC. Nantinya, pelatih lisensi D akan menerapkannya di kalangan akar rumput. Baik di tingkat sekolah umum maupun sekolah sepak bola (SSB).
“Ibaratnya seorang fotografer. Kami sedang berusaha mencetak fotografer yang handal. Jika mereka menguasai ilmunya, mau menggunakan kamera atau alat apapun hasilnya pasti bagus,” imbuh dara cantik berkaca mata ini.
Sebastian Weinand dari Department for Qualification and Coach Education DFB mengungkapkan, Indonesia adalah negara kesekian yang bekerja sama dengan DFB. Ia menambahkan bahwa program yang diberikan ke setiap negara berbeda-beda.
“Kerja sama ini akan sangat bagus untuk sepak bola Indonesia. Kami berharap semakin banyak anak yang bermain sepak bola. karena pembangunan manusia yang baik bisa dilakukan melalui sepak bola,” tutur Weinand.
Sedangkan menurut instruktur pelatih dari FFA, Mike Cooper menjelaskan, FFA dalam enam hingga delapan tahun terakhir sangat concern dengan pendidikan pelatih. Kini FFA ingin membaginya dengan negara tetangga, termasuk Indonesia.
“Kami percaya pembinaan sepak bola dapat menjadikan kehidupan lebih baik, dan membangun karakter anak-anak Indonesia,” ujar Cooper.(va)