PBSI : Mental Atlet Perlu Dibangun

1

SURABAYA – Bukan sekedar fisik prima bagi atlet, namun mental atlet perlu dibangun dengan banyaknya try out ke luar negeri. Mental tanding bagi atlet mempengaruhi peningkatan prestasi.
Prestasi terdekat dalam kalender Pekan Olahraga Nasional (PON) mulai tahun 2012 PON XVIII/Riau dan PON XIX/2016 Jawa Barat, cabang olahraga (cabor) bulu tangkis Jawa Timur belum mengukir prestasi.
Ketua PBSI Jawa Timur, Oei Wijanarko Adi Mulya mengakui prestasi itu menurun jika diukur dari level PON. Namun, dirinya menampik kalau dilihat prestasi bulu tangkis Jawa Timur menurun hanya gelaran PON. “Banyak prestasi nasional lainnya, atlet asal Jawa Timur yang masuk klub di luar,” kata Widjar, panggilan akrabnya.
Widjar juga mengakui, terpuruknya prestasi bulu tangkis di Jawa Timur lantaran tidak ada lagi klub klub besar yang bisa mensupport prestasi atlet. Sebab, kata dia, bukan sekedar latihan fisik dan teknik menjadi kebutuhan atlet, namun juga mental tanding level international. “Bukan sekedar fisik dan teknik, mental atlet paling penting. Dengan banyak jam terbang try out atau mengikuti event international ke luar negeri mental atlet menjadi bagus,” akunya.
Tentu saja, lanjut Widjar kebutuhan itu menyangkut biaya untuk membangun mental atlet jika sudah merasakan udara semacam sirkuit dan sejenis di luar negeri. “Sejak klub Jaya Raya dan Semen Gresik yang pernah mensupport kemudian ditarik, prestasi kita menurun. Karena keduanya sangat peduli untuk meningkatkan mental atlet melalui try out ke luar negeri,” imbuhnya.
Tak pelak, jika ada beberapa atlet bulu tangkis asal Jawa Timur yang dianggap cukup bagus menjadi andalan Indonesia, Widjar tidak segan – segan merekomendasi atlet tersebut masuk Pelatnas Djarum Kudus. “Kalau atlet tersebut membela klub di luar Jawa Timur iya, namun dalam event PON atlet tersebut masih terdaftar dan tetap membela Jawa Timur,” kata Widjar.
Hal itu dilakukan Widjar adalah wajar. “Masuk akal jika atlet Jawa Timur kami rekomendasi masuk klub – klub besar se level Djarum Kudus yang konsen terhadap bulu tangkis dan sudah menasional karena ada CSR. Berbeda lagi kalau atlet tersebut kami rekomendasi diminta oleh daerah lain, itu sama saja bunuh diri,” ujarnya.
Untuk itu, harapannya pemerintah daerah Jawa Timur atau induk olahraga terkait, seperti KONI bisa menjembatani kepada perusahaan besar terutama BUMN yang ada di Jawa Timur, bisa disentil agar CSR untuk cabor bulu tangkis bisa disupport. Sebab, prestasi bulu tangkis satu – satunya cabor di Jawa Timur yang sudah mengharumkan nama Indonesia. (sha)

BAGIKAN