SURABAYA – Pekan Olahraga Provinsi (Porprov), yang rutin digelar KONI Jatim dua tahun sekali, dipastikan hanya berakhir pada penyelenggaraan Porprov V/ 2015 di Banyuwangi. Selanjutnya, Porprov Jatim akan digelar empat tahun sekali.
Meski mayoritas KONI Daerah menghendaki Porprov Jatim diselenggarakan dua tahun sekali, tak membuat Gubernur Jatim Soekarwo bergeming. Pakde Karwo-sapaan akrab Soekarwo-tetap menginginkan Porprov dilaksanakan empat tahun sekali.
“Saya tidak mau Porprov diselenggarakan dua tahun sekali,” tegas Pakde Karwo kepada wartawan usai penyerahan bonus atlet Jatim yang meraih medali pada PON Jabar di Gedung Negara Grahadi.
Mayoritas KONI tingkat II se Jatim sepakat Porprov Jatim digelar dua tahun sekali, setelah melihat penyelenggaraan Porprov yang sudah memasuki tahun kelima itu membawa dampak positif bagi pembinaan olahraga di Jatim. Banyak atlet yang membela Jatim di forum nasional lahir dari Porprov.
Kesepakatan itu disuarakan dalam rapat evaluasi prestasi Jatim di PON XIX 2016, Jabar yang digelar KONI Jatim di hotel Mercure, Surabaya, Senin (5/12). “Yang ambil keputusan itu saya. Jadi, Porprov harus dilaksanakan empat tahun sekali,” tegasnya lagi.
Dengan keputusan yang diambil gubernur tersebut, maka Porprov Jatim yang direncanakan digelar tahun 2017 sebagai kelanjutan dari Porprov V 2015 di Banyuwangi, baru akan dilaksanakan tahun 2019. Rencananya, Porprov VI akan digelar di Gresik dan Lamongan.
Pakde Karwo mengaku Porprov lebih bagus dilaksanakan empat tahun sekali katimbang dua tahun sekali. Hal itu mengacu pada sasaran yang dituju dari penyelenggaraan even itu sendiri. Misalnya, PON sasarannya ke even internasional, seperti SEA Games, Asian Games dan Olimpiade.
“Jadi, mereka harus berpikir ke depan. Kasihan atletnya nanti. Habis PON digelar, lalu digelar Porprov. Maka, sebaiknya Porprov tidak digelar dua tahun sekali,” ujar mantan Sekdaprov Jatim ini.
Apakah faktor anggaran yang membuat Porprov terpaksa harus digelar empat tahun sekali. Pakde Karwo membantah jika masalah anggaran menjadi penyebabnya. “Bukan anggaran. Tapi, ini lebih pada konsep,” tandasnya. (ega)