SURABAYA – Manajer sepak bola pra PON Jatim Ubaidillah Nurdin, menyatakan target timnya bisa lolos PON di Jabar, September mendatang.
Menurutnya, jika target tercapai bisa lolos PON bonus bisa keluar. “Bonus kemenangan bervariasi besarnya. Untuk laga pertama babak kualifikasi, kita siapkan bonus kemenangan Rp 25 juta,” kata Ubaidillah, Selasa (15/3/16).
Babak kualifikasi PON digelar di Bandung, 20-29 Maret mendatang. Pada laga pertama, Jatim bertemu DI Yogjakarta. Berikutnya, Jatim ditantang tim Pra PON Jateng, Banten dan DKI Jakarta.
Menurut Ubaidillah, bonus jutaan rupiah itu diberikan hanya semata-mata untuk merangsang semangat dan motifasi tanding pemain. Sebab, dari segi teknis, tim Pra PON Jatim tidak kalah dari lawan-lawannya.
Namun, dia juga sempat khawatir janji bonus yang diberikan akan menjadi bumerang. Penampilan pemain di lapangan dikhawatirkan buruk. Para pemain tampil tidak maksimal, karena tergiur dengan uang.
“Ini pernah dialami pemain ketika beruji coba lawan Periba Bantul. Tim Pra PON Jatim yang seharusnya bisa mengalahkan tim tuan rumah akhirnya kalah 0-2. Padahal, manajemen telah menyiapkan bonus pemain yang bisa cetak gol,” ungkapnya.
Jika mampu melewati laga pertama dengan kemenangan, Ubaidillah makin optimis langkah menuju PON Jabar terbuka lebar. Untuk itu, dia menyiapkan bonus kemenangan yang lebih besar lagi menghadapi laga kedua melawan Jateng.
“Jateng tak bisa dianggap remeh. Mereka memiliki materi pemain yang sama bagusnya dengan kita. Karena itu, bonus pemain akan kita tambah,” tuturnya.
Selain Jateng, mantan manajer tim Laga FC ini menyebut DKI Jakarta sebagai lawan terkuat Jatim. Selain materi pemainnya bagus, DKI punya kemampuan finansial yang melebihi daerah lain. “Faktor non teknisnya lebih besar,” cetusnya.
Untungnya, pertemuan Jatim dan DKI digelar di laga akhir. Lawan DKI akan tidak berpengaruh lagi jika Jatim sudah memenangkan tiga pertandingan dan memastikan diri lolos ke PON Jabar.
“Terpenting kita lolos dulu. Perkara menang lawan DKI itu belakangan,” pungkas Ubaidilla. (ega)
