Surabaya – Sekitar 758 atlet Jatim kini memegang tiket untuk berlaga di Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Jabar 2016. Namun tidak semua berangkat ke ajang multievent empa tahun itu karena KONI hanya akan memberangkat atlet yang memiliki potensi untuk meraih medali.
Itulah mengapa saat ini KONI Jatim mulai memetakan prestasi atlet, mereka berhasil meraih medali di ajang Prakualifikasi PON memiliki peluang besar untuk bergabung dengan Kontingen Jerbasuki Mawabeaya.
Sedangkan mereka yang gagal meraih medali namun meraih tiket untuk berlaga di PON, kecil kemungkinan untuk berangkat. Karena KONI Jatim sebelumnya sudah bertekad untuk memberangkatkan atlet yang berpotensi meraih medali.
“Sekarang kita harus melakukan pemetaan kekuatan secara detail, baik otak-atik kekuatan sendiri maupun lawan,” ujar M. Nabil Ketua Harian KONI Jatim saat ditemui di gedung KONI Jatim, Surabaya. Senin (22/2).
Saat ini sendiri atlet Jatim yang siap berlaga di pra-PON ada sebanyak 758 atlet. Namun tak mungkin semuanya akan meraih medali, maka dari total tersebut pelatih dan monev harus bisa menetapkan siapa atlet yang pasti emas.
Nabil mewajibkan para pelatih dan monev harus punya alasan kuat tentang usulan nama yang akan dapat emas. “ya, istilah saya adalah rasionalisasi dinamis, merasionalkan kenapa atlet ini dibilang emas. Tentunya nanti disandingkan dengan rival artinya kan kita juga harus tau rival kita,” ujarnya
Ia menambahkan, monev sendiri memiliki peran utama dalam memberi masukan. “monev terutama yang harus tahu tentang rival. Malah monev kita tugaskan jadi semacam sport intelegent mereka tidak cukup dengan tim saja, monev yang harus tau. Makanya monev dalam prespektif yang lain memberi masukan pada kita,” ujarnya
Saat ini sendiri dirinya menugaskan timnya untuk melakukan perhitungan lebih detail. Nabil menginginkan data lengkap seperti apa gambaran perhitungan rival seperti Jabar dan DKI Jakarta terhadap Jatim dan sebaliknya.
Sebelumnya Ketua Umum KONI Jatim Erlangga Satriagung juga menegaskan akan menyaring atlet yang akan berlaga di PON. “Kami hanya memberangkatkan cabor atau atlet yang berpotensi meraih medali. Salah satu rujukan kami melihat hasil Pra PON maupun kejuaraan lainnya,” katanya.