Atlet Jatim Batal TC ke Luar Negeri

26
M Nabil, Ketua Harian KONI Jatim

SURABAYA – Coronavirus yang melanda Indonesia dan dunia turut mengganggu program Puslatda. Terbaru, KONI Jawa Timur (Jatim) terpaksa menghentikan program training camp (TC) dan try out ke luar negeri.

Penghentian program training camp dan try out ke luar ini bukan hanya berlaku untuk cabang olah raga tertentu. Namun, berlaku untuk semua cabang yang tergabung dalam Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) Jawa Timur.

Ketua Harian KONI Jatim, M. Nabil mengatakan, penghentian program ini dikarenakan banyak negara-negara yang terpapar virus corona. Seperti China dan Korea Selatan. Dua negara ini memang menjadi menjadi destinasi andalan cabang-cabang olahraga untuk berlatih.

“Tak ada keluar negeri. Sampai menunggu perkembangan yang baik dari pemerintah. Ini tak bisa main-main ini,” ungkap M. Nabil, Kamis 12 Maret 2020.

Program training center luar negeri, menjadi salah satu program penting yang difasilitasi KONI Jawa Timur. KONI Jawa Timur berharap dengan melakukan training center ke luar negeri, persiapan tim dapat lebih baik. Utamanya untuk meraih prestasi di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2020 Papua nanti. Sedangkan program try out diharapkan dapat menambah pengalaman bertanding.

Nabil kemudian membandingkan antara berlatih di luar negeri dengan dalam negeri. Jika berlatih di luar negeri Nabil menyebut situasinya lebih nyaman. Atlet tak terbebani dengan pikiran di luar latihan.

“Kalau di sini anak-anak masih ada informsi kuliah, urusan keluarga yang mengganggu. Tapi kalau kondisinya seperti ini, kita tak bisa berbuat apa-apa,” jelasnya.

Nabil menyebut, sebenarnya ada banyak cabang-cabang olahraga yang membutuhkan training center dan try out di luar negeri. Misalnya,Wushu yang berencana training center di China selama tiga bulan, kemudian pencak silat yang berencana training center dan try out di Singapura dan masih banyak lagi.

Karena batal, akhirnya KONI Jatim hanya akan memfasilitasi training center dalam negeri dengan pemantauan tim internal. “Atau yang paling efektif lagi adalah dengan mendatangkan pelatih dari luar negeri, tapi dengan catatan dia ‘safe’ secara keamanannya dari virus ini,” ujar Nabil.

Sementara itu, pelatih pencak silat Jawa Timur, Edy Suhartono mengaku tidak bisa berbuat apa-apa karena virus yang kini mewabah dapat mengancam kesehatan para atlet. Padahal, baginya training center dan try out di Singapura yang harusnya berjalan bulan ini sangat penting untuk menambah pengalaman para atlet baik di nomor tarung maupun seni.

“Training centerdi Singapura ini sangat berdampak tinggi. Apalagi bisa bersama Timnas mereka. Untuk nomor seni mereka bisa kontrol celah kekurangan gerakan kita di mana. Sedangkan untuk nomor tarung kita fokus di kelas berat 80 Kg ke atas karena di Indonesia jarang ada atlet kelas ini,” ungkap Edy.

Sebagai solusi, ia bersama tim pelatih akan memanfaatkan training center di Surabaya dan akan bergerak ke padepokan pencak silat Jawa Timur yang ada di Pandaan. “Kita akan cari beberapa daerah yang punya kelas tersebut untuk mencoba teknik atlet kita meskipun secara kualitas memang jauh dari atlet yang ada,” ujar pelatih Timnas Indonesia di Asian Games 2018 lalu.

Namun, ia tidak bisa memilih opsi berlatih di daerah lain di luar Jawa Timur karena akan menjadi kompetitor di PON nanti. Edy menganggap provinsi yang ada Jawa masih menjadi kompetitor terberat Jawa Timur, tanpa menganggap enteng daerah dari luar pulau.(tim)

BAGIKAN